Sabtu, 20 November 2010

Uniknya Berburu Koleksi

Salah satu hal yang dinikmati oleh seorang kolektor adalah lika-liku dalam berburu benda koleksi. Suka duka mencari dan mendapatkan benda koleksi memberikan "sensasi" tersendiri bagi tiap kolektor. Tak jarang perjalanan panjang harus ditempuh untuk mendapatkan sebuah benda koleksi, tapi terkadang pula ada "kejadian tak terduga" yang menyenangkan, saat benda yang sudah lama dicari tiba-tiba muncul di hadapan mata dengan harga yang jauh lebih rendah dari yang kita perkirakan. Nah, kalau ini ibaratnya mendapat durian runtuh.

Saat ini saya mengoleksi beberapa jenis benda. Sementara ini benda yang saya koleksi adalah: perangko (khusus indonesia) termasuk SHP, SS, dll, istilahnya : Filatelis. Dulu penggemar filateli ini cukup banyak, tapi akhir-akhir ini sepertinya menurun. Saya juga mulai mengoleksi uang kuno Indonesia, untuk jenis ini istilahnya : Numismatis . Hobi ini sepertinya tren baru dalam benda koleksi yang mulai banyak peminatnya. Selain itu, saya juga mengoleksi kartu voucher (simpati dan indosat), kalau gak salah istilahnya : Telegris. Disamping itu saya juga suka mengoleksi benda-benda unik, terutama pulpen yang berbentuk unik . Beberapa koleksi saya adalah pulpen berbentuk sikat gigi, pasta gigi, botol bayi, jarum suntik, dll.

Saat-saat berburu koleksi adalah salah satu saat yang menyenangkan bagi saya. Biasanya ini saya lakukan di akhir pekan, hari Sabtu atau Minggu. Tapi terkadang juga di hari lainnya, saat saya memiliki waktu yang cukup luang. Atau kadang sambil belanja di supermarket atau mall (ini untuk koleksi pulpen). Kadang saya juga ditemani oleh suami saat berburu koleksi , kebetulan kami memiliki minat yang sama untuk beberapa jenis koleksi. Jadilah kami ibarat satu tim dalam berburu benda koleksi.

Suatu hari ada kejadian unik saat kami sedang berburu perangko untuk melengkapi salah satu seri perangko (1 seri terbitan perangko biasanya terdiri dari beberapa perangko, bahkan 1 set seri perangko ada yang baru dapat lengkap setelah 3 atau 4 kali penerbitan, terutama untuk perangko-perangko kuno, contohnya seri alat musik th 62 (16 perangko), seri pahlawan (20 perangko), dan asean game th 62 (24 perangko). Waktu itu perangko yang kami cari adalah perangko bergambar pahlawan Agus Salim yang diterbitkan tahun. 60-an. Ini satu-satunya perangko yang kurang untuk melengkapi koleksi perangko seri pahlawan yang sudah kami miliki. Beberapa kali perburuan telah kami jalani untuk mencari perangko ini. Semua tempat yang kami ketahui menjual perangko di kota kami pun sudah kami datangi, tapi "Pak Agus Salim" ini belum juga kami dapatkan. Seorang kolektor memang harus tekun dan sabar.

Tampaknya mencari perangko terutama perangko yang kuno untuk koleksi, saat ini memang sudah cukup sulit. Kalau pun ada, biasanya harganya sudah pasti tinggi. Teknologi yang melahirkan keberadaan handphone dan internet membuat perangko tak lagi mudah didapatkan seperti dulu . Dulu, selembar prangko paling tidak ada di setiap surat yang ada di laci meja, rak buku, atau keranjang khusus korespondensi. Hampir semua toko buku menjual perangko untuk koleksi. Tapi sekarang tidak lagi. Anda bahkan bisa jadi termasuk orang yang sudah lebih dari setahun terakhir tidak pernah melihat perangko . Mungkin suatu saat perangko akan menjadi barang yang " langka". Tapi kelangkaan itulah yang dicari oleh para kolektor. Meski harus bersusah payah menemukannya. Itulah tantangan buat kami.

Di satu-satunya toko buku yang masih menjual koleksi perangko, kami menemukan 1 set lengkap seri perangko ini. Stoknya hanya ada satu-satunya, tak ada pilihan. Tapi karena kami hanya membutuhkan 1 dari 20 buah perangko dalam seri pahlawan ini, rasanya sayang juga kalau harus membeli satu set, sebab biaya yang harus kami keluarkan pastilah bukan seharga 1 perangko, tapi 20 kalinya, bahkan saat itu harga 1 set adalah 50 kali lipat dari harga 1 buah perangko yang biasa kami dapatkan.

Kami kemudian putar haluan mencari di tempat lainnya, sambil berjalan kami melihat-lihat barang dagangan yang dijual dikaki lima. Salah seorang penjual emas di kaki lima tersebut menawari saya untuk menjual emas. Saking yang ada dipikiran saat itu adalah berburu perangko, sambil bergurau saya bertanya pada pedagang emas itu,

"Punya perangko, mas?"

"Perangko?" tanyanya heran. Tapi kemudian ia mengambil dompet kecil lusuh yang ada dilaci mejanya.

"Yang kayak gini bukan ?" tanyanya lagi seraya menunjukkan beberapa lembar perangko bekas yang baru ia keluarkan dari dompetnya.

"Emang kayak gini laku dijual ya?" tak sabar ia bertanya.

Sejenak saya dan suami terkejut , tak menyangka kalau si tukang jual emas di kaki lima ini punya perangko juga. Dan kami lebih terkejut lagi karena diantara hanya belasan perangko yang ada di dompet itu, salah satu diantaranya nya adalah "Pak Agus Salim" yang kami cari-cari. Dan hebatnya lagi, tak hanya "Pak Agus Salim" yang kami dapatkan, tapi juga beberapa koleksi lain yang juga sedang kami cari untuk melengkapi serinya. Tahukah anda berapa biaya yang harus kami keluarkan? Prangko-prangko itu akhirnya dapat kami beli dengan harga yang sangat murah. Harga selembar prangko hanya 1/50 dari harga 1 set perangko seri pahlawan yang ditawarkan di toko buku!! Wow..., uniknya..... Kejadian ini menjadi pengalaman unik yang selalu kami ingat... "Pak Agus Salim" dalam sebuah dompet lusuh di laci penjual emas kaki lima.....